PENGEBORAN MINYAK LEPAS PANTAI DI INDONESIA
Pengeboran Minyak Lepas Pantai NatunaLadang/
pengeboran minyak lepas pantai Belida milik Conoco dengan sistem pipanisasi gas
alam bawah laut dari Natuna Ke Singapura yang dikenal dengan West Natuna
Transportation System/ WNTS [ Dok Natuna; 20010316 ].
Membicarakan Natuna akan terpikir sebuah kabupaten
yang terdiri dari ribuan pulau terletak di ujung utara Indonesia dengan jarak
lebih dari 1.250 km dari Jakarta.
Kepulauan Natuna memiliki cadangan gas alam terbesar
di kawasan Asia Pasifik bahkan di Dunia. Di dalam perut buminya juga
bergelimang minyak. Tak hanya itu, di kepulauan yang terletak di teras depan
Negara Indonesia ini menghampar aneka jenis terumbu karang yang sangat memukau.
Dimana kita bisa menemukan berbagai material tambang
seperti gas alam, minyak bumi, dan pasir kuarsa dalam jumlah besar? Jawabnya,
Kepulauan Natuna. Kekayaan mineral tambang tersebut bukan hanya terhampar di
darat, tetapi juga tersebar bertaburan di bawah dasar laut.
Menurut hitungan pemerintah, Natuna memiliki cadangan
gas alam terbesar di kawasan Asia Pasifik Hal ini merujuk pada salah satu
ladang gas yang terletak 225 kilometer (km) sebelah utara Natuna.
Di sini tersimpan cadangan gas alam dengan volume
sebesar 222 triliun kaki kubik (TCT). Selain itu, gas hidrokarbon yang bisa
ditambang mencapai 46 TCT. Angka itu tentu saja belum termasuk cadangan gas alam
yang terdapat di bagian barat Natuna yang dikelola juragan minyak raksasa kelas
dunia.
Bukan hanya berjaya di sektor gas alam. Natuna juga
diselimuti minyak bumi yang seolah tiada pernah ada habisnya. Sumur-sumur off
shore yang berada di bagian timur Natuna itu terus memancarkan minyaknya.
Jadi, wajar saja kalau sektor migas di Kabupaten
Natuna ini menjadi penyumbang terbesar bagi perekonomian di Provinsi Kepulauan
Riau (Kepri). Migas yang berasal dari pelapukan fosil binatang laut selama
jutaan tahun silam itu memberi kontribusi sekitar 10,11 persen dari
perekonomian Kepri.
Sayangnya di kuasai pihak asing
Pengeboran minyak lepas pantai
Pendapatan dari penambangan migas di seluruh sumur
eksplorasi di Natuna sangatlah menggiurkan. Pada tahun 2007 misalnya, nilainya
mencapai 21,8 triliun rupiah. Betapa makmur dan sejahteranya bila semua hasil
eksplorasi ini dinikmati sepenuhnya oleh bangsa Indonesia.
Sayangnya, sebagian besar hasil eksplorasi tersebut
dikuasai oleh perusahaan swasta asing. Maklum, baik modal, tenaga ahli, maupun
peralatan hampir seluruhnya disuplai oleh Exxon Mobil, Conoco Philips, Star
Energy, dan Primer Oil.
Praktis, pembagian keuntungan dari bisnis tersebut
sebagian besar dinikmati oleh mereka. Sedangkan Indonesia sebagai pemilik
kekayaan alam tersebut hanya mendapat sedikit keuntungan.
Bayangkan, dari total pendapatan yang mencapai puluhan
triliun rupiah itu, Kabupaten Natuna hanya kecipratan Rp 225 miliar. Sementara
itu, pemerintah pusat kebagian sekitar Rp 525 miliar. Sedangkan triliunan rupiah
lainnya menjadi hak milik perusahaan asing alias menguap ke negara lain.
Tak mengherankan kalau kondisi sosial ekonomi
masyarakat di Natuna tak beranjak sejahtera. Lihat saja nilai Indeks
Pengembangan Manusia (IPM) yang diukur berdasarkan kelangsungan hidup,
pengetahuan, dan daya beli. Semakin tinggi IPM, tingkat kesejahteraan hidup
masyarakat kian makmur.
Fakta menunjukkan, ternyata Kabupaten Natuna yang
bergelimang migas tersebut memiliki IPM terendah dibandingkan dengan lima
kabupaten/kota lainnya di Kepri. Itu artinya, angka harapan hidup, tingkat
pendidikan, dan pengeluaran riil per kapita di Natuna berada pada urutan paling
buncit. Sebuah fakta yang ironis memang.
Selain banyak pantai dan pulau masih “perawan” Natuna
juga super kaya dengan kandungan gas maupun minyak bumi. Terasa tak lengkap
jika membicarakan Natuna tanpa kandungan alam gas alam yang disebutkan oleh
para ahli, memiliki cadangan terbesar Asia Pasifik bahkan di dunia.
Yaitu Blok Natuna D-Alpha merupakan blok gas dan
minyak yang menyimpan sekitar 500 juta barel. Total potensi gas diperkirakan
mencapai 222 triliun kaki kubik, dan inilah cadangan terbesar di dunia yang
tidak akan habis dieksplorasi 30 tahun ke depan.
Potensi gas yang recoverable sebesar 46 tcf (46,000
bcf) atau setara dengan 8,383 miliar barel minyak (1 boe, barel oil equivalent
= 5.487 cf ).
Dengan potensi sebesar itu, dan asumsi harga rata-rata
minyak US$ 75 / barel selama periode eksploitasi, nilai potensi ekonomi gas
Natura adalah US$ 628,725 miliar atau sekitar Rp 6.287,25 triliun (kurs US$/Rp
= Rp 10.000). Bandingkan dengan APBN 2010 yang hanya Rp 1.047,7 triliun.
Terhitung 2 November 2010 hingga 2 Maret 2011, Premier
Oil telah mendeteksi kandungan minyak dan gas di kawasan Blok D Alpa Natuna.
Premier Oil perusahaan pengeboran minyak dan gas yang
berkantor pusat di Inggris itu bakal melakukan pengeboran selama 30 tahun
sesuai dengan kontrak kerja dengan pemerintah Indonesia mulai tahun 2007.
Pelaksanaannya secara bertahap, masa penjajakan
potensi 10 tahun jika tidak menemukan potensi Migas yang bernilai ekonomis,
maka pengeboran dihentikan.
Goverment Affairs, Manager PT Premier Oil, Nina
Marlina menjelaskan, butuh waktu hingga 2 Maret 2011 untuk mendeteksi kandungan
Migas Blok yang berada di utara laut Natuna. Hal itu dia paparkan di aula
kantor bupati Natuna di Ranai beberapa waktu lalu.
Saat itu, Nina hadir juga Kepala Humas dan Hubungan
Kelembagaan, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan gas (BP. Migas),
Elan Biantoro bersama jajaran Kontraktor Premier Oil.
Terkait hal itu, guna menunjang pelaksanaan proses
eksploitasi, Premier Oil meminta kepada pemerintah Natuna untuk menyiapkan
kelengkapan. Misalnya kantor Bea Cukai, Sah Bandar, Petugas Karantina dan
Imigrasi, karena awal November ini kapal-kapal pembawa logistik dan lain nya
mulai beroperasi di Natuna.
Plt Bupati Natuna, Raja Amirullah menyambut baik
kunjungan kerja BP Migas dan Premier Oil ke daerahnya.
sumber:
http://www.kaskus.us
http://www.tribunnews.com
link;
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.tempointeractive.com/hg/photostock/2005/04/04/s_natuna51.jpg&imgrefurl=http://www.tempointeractive.com/hg/stokfoto/2005/04/04/stf,20050404-01,id.html&usg=__FdRmWPgVEGQxBY2OjGhnR5_Z8D8=&h=194&w=300&sz=62&hl=id&start=4&um=1&tbnid=Jxj5Cv1Clx-1TM:&tbnh=75&tbnw=116&prev=/images%3Fq%3Dpengeboran%2Bminyak%2Blepas%2Bpantai%26hl%3Did%26sa%3DX%26um%3D1
JENIS-JENIS MINYAK
Minyak tumbuhan dan hewan
Minyak tumbuhan dan hewan semuanya merupakan lipid.
Dari sudut pandang kimia, minyak kelompok ini sama saja dengan lemak. Minyak
dibedakan dari lemak berdasarkan sifat fisiknya pada suhu ruang: minyak
berwujud cair sedangkan lemak berwujud padat. Penyusunnya bermacam-macam,
tetapi yang banyak dimanfaatkan orang hanya yang tersusun dari dua golongan
saja:
Gliserida dan atau asam lemak, yang mencakup minyak
makanan (minyak masak atau minyak sayur serta minyak ikan), bahan baku industri
sabun, bahan campuran minyak pelumas, dan bahan baku biodiesel. Golongan ini
biasanya berwujud padat atau cair pada suhu ruang tetapi tidak mudah menguap.
Terpena dan terpenoid, yang dikenal sebagai minyak
atsiri, atau minyak eteris, atau minyak esensial (BUKAN asam lemak esensial!)
dan merupakan bahan dasar wangi-wangian (parfum) dan minyak gosok. Golongan ini
praktis semuanya berasal dari tumbuhan, dan dianggap memiliki khasiat
penyembuhan ("aromaterapi"). Kelompok minyak ini memiliki aroma yang
kuat karena sifatnya yang mudah menguap pada suhu ruang (sehingga disebut juga
minyak "aromatik").
Minyak Bumi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Minyak bumi
Minyak bumi merupakan campuran berbagai macam zat
organik, tetapi komponen pokoknya adalah hidrokarbon. Minyak bumi disebut juga
minyak mineral karena diperoleh dalam bentuk campuran dengan mineral lain.
Minyak bumi tidak dihasilkan dan didapat secara langsung dari hewan atau
tumbuhan, melainkan dari fosil. Karena itu, minyak bumi dikatakan sebagai salah
satu dari bahan bakar fosil. Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa minyak bumi
merupakan zat abiotik, yang berarti zat ini tidak berasal dari fosil tetapi
merupakan zat anorganik yang dihasilkan secara alami di dalam bumi. Namun,
pandangan ini diragukan secara ilmiah karena hanya memiliki sedikit bukti yang
mendukung.
Pengolahan
minyak
Minyak yang dijumpai di pasaran dapat berupa zat
murni, tetapi umumnya adalah larutan/campuran. Proses pengolahan minyak murni
(penyulingan / kilang minyak) biasanya mencakup pemisahan dari bahan-bahan
residu diikuti dengan pendinginan (kondensasi). Proses pencampuran dengan
bahan-bahan tertentu jika diperlukan dapat dilakukan setelahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar